Ketika uang kertas menggantikan emas (dinnar)

Oleh Abdul Hakim®

Syahdan di suatu samudera terdapat dua pulau yang bertetangga. Sebut saja pulau Aya dan pulau Baya. Di pulau Aya, suku sukus hidup sejahtera. Mereka dikaruniai daratan yang subur. Mereka hidup bercocok tanam. Pertanian mereka menghasilkan aneka sayuran dan buah-buahan tropis. Ikan dan sumber daya laut sangat melimpah. Tidak hanya itu pulau aya terkenal dengan panoramanya yang indah.

Masyarakat sukus dikenal memiliki peradaban yang cukup maju. Mereka beruntung pulau yang mereka tempati menghasilkan emas. Dan mereka bekerja keras untuk mendapatkan logam mulia ini. Hamper semua anggota suku memiliki dan menyimpannya sebagai symbol harta kekayaan. Selain sebaga simbul peradaban, emas juga berfungsi sebagai alat transaksi. Sejak Saka, sang ketua suku mencetak koin emas semua transaksi jual beli yang semula dilakukan dengan barter beralih dan diukur dengan emas.

Sementara pulau tetangganya, pulau Baya, didiami suku Tukus. Kebanyakan penduduknya bekerja sebagai petani. Mengolah lahan di sawah atau ladang dan memelihara ternak.berbeda dengan susku Sukus, mereka masih menggunakan sistem barter dalam transaksi keseharian. 1singkat cerita datang dua orang yang menawarkan uang kertas sebagai pengganti emas dalam transaksi sehari-hari. Mereka adalah Gago dan Sago, yang kemudian mendapatkan respon positif dari para penduduk. Dan sejak saat itulah kedua suku mulai menggunakan unag kertas dalam bertransaksi dan meninggalkan emas yang sangat mulia.

Itulah sebuah ilustrasi yang mengambarkan tentang bagaimana proses ketika emas mulai ditinggalkan. Dalam kisah suku Sukus dan Tukus yang lengkap diceritakan bahwa untuk mendapatkan uang kertas yang dicetak oleh Gago dan Sago, penduduk suku harus menukarkan emasnya dan dijadikan cadangan apabila ada masyarakat ingin menukar uang kertasnya ke emas.

Pada dasarnya ketika suatu negara ingin menciptakan atau mengeluarkan uang kertas ataupun uang logam harus sesuai dengan cadangan emas yang dimiliki. Namun akhir-akhir ini banyak negara yang mengekuarkan mata uang tanpa melihat cadangan yang mereka miliki.

Kenyataan yang terjadi sekarang adalah emas yang seharusnya dijadikan sebagai patokan dalam mengeluarakan uang justeru diganti oleh mata uang lain (misal: US$ dijadikan cadangan dalam mengeluarkan Rp). Sungguh ironi……………………………………

®penulis adalah mahasiswa Fakultas Agama Islam UHAMKA program studi muamalat, ketua KSEI ESC

1 Dikutip dari buku Satanic Finance. Buah tangan A.Riawan Amin